Terjemah bahasa Indonesia



DOWNLOAD: PDF / CHM


Segala Puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala , Tuhan seru sekalian alam, Penguasa langit dan bumi, yang mengatur urusan seluruh makhluk, yang mengutus para Rasul kepada sekalian mukalaf untuk memberikan petunjuk dan menerangkan kepada mereka urusan-urusan agama dengan dalil-dalil yang jelas dan bukti-bukti yang nyata. Aku bersyukur kepada-Nya atas segala nikmat-Nya dan aku memohon tambahan karunia dan kemurahan-Nya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah Subhanahu wa Ta'ala semata yang Maha Esa lagi Maha Kuasa, Maha Mulia lagi Maha Pengampun. Dan saya bersaksi bahwa junjungan kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam adalah hamba, utusan, kekasih dan kesayangan-Nya. Beliau adalah setinggi-tinggi makhluk yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan Al-Qur’an yang agung sebagai mukjizat yang berlaku sepanjang masa.
Keselamatan dan kesejahteraan semoga senantiasa dilimpahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada Beliau dan kepada segenap para Rasul, para Nabi dan keluarga mereka serta segenap orang-orang shalih. Sesungguhnya dalam hadits yang shahih Rasululloh telah bersabda : “Hendaklah orang yang hadir (mendengarkan pengajian) menyampaikan kepada orang yang tidak hadir” juga sabda beliau, “Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala melimpahkan nikmat kepada orang yang mendengar kata-kata dariku, lalu ia menghafalnya, kemudian ia menyampaikannya kepada orang lain sebagaimana yang ia dengar” Seyogyanya setiap orang yang menginginkan kehidupan akhirat memahami hadits-hadits ini, karena didalamnya terkandung banyak hal-hal penting serta peringatan dalam berbagai macam ibadah. Hal ini akan semakin jelas jika dibahas lebih lanjut. Hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala saya berharap dan hanya kepada-Nya pula saya berlindung dan berserah diri. Segala Puji dan Nikmat adalah kepunyaan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan kepada-Nya kami memohon taufiq dan perlindungan.

Syarhul Arba’iina Haditsan an Nawawiyah

2 of 67

Ibnu Daqiqil ‘Ied 1. IKHLAS Amirul mukminin, Umar bin khathab radhiyallahu anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”. Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits yaitu Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari (orang Bukhara) dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi di dalam kedua kitabnya yang paling shahih di antara semua kitab hadits. Penjelasan : Hadits ini adalah Hadits shahih yang telah disepakati keshahihannya, ketinggian derajatnya dan didalamnya banyak mengandung manfaat. Imam Bukhari telah meriwayatkannya pada beberapa bab pada kitab shahihnya, juga Imam Muslim telah meriwayatkan hadits ini pada akhir bab Jihad. Hadits ini salah satu pokok penting ajaran islam. Imam Ahmad dan Imam Syafi’I berkata : “Hadits tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu.” Begitu pula kata imam Baihaqi dll. Hal itu karena perbuatan manusia terdiri dari niat didalam hati, ucapan dan tindakan. Sedangkan niat merupakan salah satu dari tiga bagian itu. Diriwayatkan dari Imam Syafi’i, “Hadits ini mencakup tujuh puluh bab fiqih”, sejumlah Ulama’ mengatakan hadits ini mencakup sepertiga ajaran islam. Para ulama gemar memulai karangan-karangannya dengan mengutip hadits ini. Di antara mereka yang memulai dengan hadits ini pada kitabnya adalah Imam Bukhari. Abdurrahman bin Mahdi berkata : “bagi setiap penulis buku hendaknya memulai tulisannya dengan hadits ini, untuk mengingatkan para pembacanya agar meluruskan niatnya”. Hadits ini dibanding hadits-hadits yang lain adalah hadits yang sangat terkenal, tetapi dilihat dari sumber sanadnya, hadits ini adalah hadits ahad, karena hanya diriwayatkan oleh Umar bin Khaththab dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Dari Umar hanya diriwayatkan oleh ‘Alqamah bin Abi Waqash, kemudian hanya diriwayatkan oleh Muhammad bin Ibrahim At Taimi, dan selanjutnya hanya diriwayatkan oleh Yahya bin Sa’id Al Anshari, kemudian barulah menjadi terkenal pada perawi selanjutnya. Lebih dari 200 orang rawi yang meriwayatkan dari Yahya bin Sa’id dan kebanyakan mereka adalah para Imam. Pertama : Kata “Innamaa” bermakna “hanya/pengecualian” , yaitu menetapkan sesuatu yang disebut dan mengingkari selain yang disebut itu. Kata “hanya” tersebut terkadang dimaksudkan sebagai pengecualian secara mutlak dan terkadang dimaksudkan sebagai pengecualian yang terbatas. Untuk membedakan antara dua pengertian ini dapat diketahui dari susunan kalimatnya. Misalnya, kalimat pada firman Allah : “Innamaa anta mundzirun” “Engkau (Muhammad) hanyalah seorang penyampai ancaman”. (QS. Ar-Ra’d : 7)

Syarhul Arba’iina Haditsan an Nawawiyah

3 of 67

0 comments

Post a Comment